(0362) 3301891
bkpsdm@bulelengkab.go.id
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

"Employee Well Being" Sebagai Karir Puncak Bagi Seorang Pegawai

Admin bkpsdm | 12 Juni 2019 | 5591 kali

Keberadaan sumber daya manusia didalam suatu perusahaan/organisasi memegang peranan yang sangat penting. Semakin meningkatnya persaingan diantara organisasi dikarenakan adanya perkembangan dan percepatan global mengakibatkan organisasi dihadapkan pada tantangan untuk dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Salah satu pendekatan yang sangat penting adalah bagaimana organisasi mampu menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk memperoleh daya saing. Untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan, hal yang paling utama dan berpengaruh terhadap diri karyawan adalah kondisi kesejahteraan mereka (employee well being).

Kesejahteraan pegawai merupakan sebuah keadaan dimana pegawai merasa positif, mampu mencapai atau mendekati titik optimal baik didefinisikan dan diukur dari segi fisik, mental, emosional, maupun sosial, sehingga memiliki implikasi yang positif untuk diri sendiri, keluarga, komunitas, organisasi, serta masyarakat pada umumnya (Pruyne: 2011). Sementara Kinerja karyawan adalah kecakapan seorang pegawai dalam melaksanakan tugas tanggung jawab yang diberikan padanya (Griffin et al, 2007).

Banyak penelitian telah menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh dari employee well being terhadap kinerja pegawai baik secara langsung maupun sebagai faktor moderator. Salah satu penelitian dalam negeri seperti dilakukan oleh Sarah (2013) yang menguji pengaruh employee well being terhadap kinerja pada salah satu peusahaan di Bandung. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari employee well being terhadap kinerja dengan sumbangan efektif sebesar 29,1%. 

Dari penelitian ini menunjukkan adanya peran penting yang dimainkan oleh employee well being terhadap kinerja yang secara total mampu menyumbang 29,1% kontribusi, sementara sisanya merupakan banyak faktor lain. Skor 29,1% ini sebetulnya sudah menunjukkan derajat pengaruh yang cukup tinggi mengingat begitu banyaknya faktor lain yang turut serta dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Employee well being dapat dilihat melalui dua tolok ukur yaitu terdapat rendahnya tingkat pegawai yang keluar dari pekerjaan (turnover) dan tingginya tingkat capaian kinerja pegawai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa employee well being menjadi moderator hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja jabatan. Para pegawai yang memiliki level well being rendah akan cenderung untuk memilih meninggalkan organisasi sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan.

Hasil lain penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan korelasi negatif yang kuat antara pola turnover dengan well being. Artinya, semakin bahagia seorang pegawai maka Ia tidak akan/ingin pindah atau keluar dari pekerjaan yang sedang dijalani. 

Terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam melihat employee well being yaitu: Subjective well being berupa kepuasan hidup yang dipengaruhi oleh faktor kepribadian seseorang, Workplace well being berupa kepuasan dalam bekerja yang bisa disebabakan oleh faktor lingkungan dan social kerja, serta Psychological well being yakni berupa penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain, otonomi, tujuan-tujuan hidup, serta pertumbuhan personal.

 

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Employee Well Being

Dalam teori tentang perilaku organisasi positif, employe well being merupakan hasil dari sebuah proses sistem perilaku organisasi dengan memberdayakan sumber daya psikologi (psychological capital/PsyCap) yang dimiliki. Melalui perilaku organisasi yang positif, kondisi employee well being akan terbentuk melalui empat utama yang dimiliki PsyCap yakni harapan (hope), resiliency (ketahanan), optimism (optimisme), dan self-eficacy (kepercayaan diri). 

 

Hope merupakan kapabilitas untuk menciptakan dan pada akhirnya merealisasikan terbentuknya “jalan” menuju target/cita-cita yang diinginkan manusia dan memotivasi diri untuk menemukan inisiatif metoda untuk menggunakan “jalan” tersebut. Harapan dalam organisasi merupakan kumpulan asa yang dimiliki oleh tiap-tiap pegawai sehingga memberikan dorongan dan peta jalan untuk dapat terus produktif memberikan kontribusi yang nyata bagi organisasi.

 

Resiliensi adalah perjalanan yang panjang, proses rumit di mana kompetensi dikembangkan setiap kali berinteraksi dengan lingkungan sehari-hari yang ditandai dengan perubahan dan ketidakpastian yang terus menerus. Resiliensi dipandang bukan hanya sebagai karakteristik manusia yang umumnya diinginkan, tetapi juga sebagai atribut penting dari karyawan, manajer, dan organisasi. Manfaat resiliensi dalam dunia kerja ini mampu mengubah ancaman berupa risiko, ketidakpastian, keletihan fisik dan emosi menjadi kesempatan untuk bertumbuh, berkembang, dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi demi perubahan yang lebih baik.

 

Optimisme didefinisikan sebagai kekuatan berpikir positif. Dampak positif daripada optimisme mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis, karakteristik ketekunan, prestasi, dan motivasi yang menyebabkan keberhasilan di bidang akademik, olahraga, politik, dan pekerjaan lainnya.

 

kepercayaan diri mengacu pada keyakinan individu (atau konfidensi) mengenai kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan agar berhasil melaksanakan tugas dalam konteks tertentu. Secara singkat percaya diri dalam hal ini bersifat karakter karena itu ia ditujukan untuk tugas spesifik dan dapat dilatih dan dikembangkan. Percaya diri yang rendah, dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan, dan percaya diri yang makin meningkat akan menghasilkan kinerja yang meningkat pula.

 

Upaya Menumbuhkembangkan Employee Well being

Melihat begitu pentingnya pengaruh dari employee well being, maka hal ini harus menjadi catatan bagi para pimpinan organisasi untuk mengambil langkah dan kebijkan startegis dalam rangka mengupayakan dan mengelola tumbuhkembangnya employee well being pada pegawai mereka. Beberapa pendekatan dapat dilakukan seperti melalui program yang terstruktur dan terencana maupun yang hanya sifatnya temporal.

 

Salah satu pendekatan yang dipakai adalah melalui sistem pengembangan pegawai berdasar kemampuan yang dimiliki pegawai yang bersangutan (strength-based development). Konsepsi ini melihat bahwa setiap individu itu memiliki karakter yang unik serta kekuatan yang harus dikembangkan. Kekuatan yang dimaksud disini adalah bakat (talent) dan minat yang dimiliki selama ini. Talent didefinisikan sebagai "any recurring pattern of thought, feeling, or behavior that can be productively applied". 

 

Jadi Talenta atau Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Bakat baru muncul jika dikembangkan dan selalu diasah. Seseorang yang tidak tahu dan tidak mengembangkan bakatnya maka bakat tersebut hanya merupakan kemampuan latent saja.

 

Selain menyiapkan pada upaya sistematis dalam pola pengembangan pegawai berbasis pada kekuatan yang dimiliki, para pengambil kebijakan juga dapat menyelenggarakan suatu program kegiatan khusus terkait employee well being ini. Program Employee Well Being adalah program yang ditujukan bagi perusahaan yang betul-betul menghargai aset utamanya, yakni karyawan. Program ini berguna untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan secara utuh, tidak hanya dari aspek remunerasi, namun juga mencapai berbagai aspek dalam kehidupan yang mendukung kualitas profesionalnya.

 

Beberapa manfaat yang diperoleh dari program ini diantaranya dapat membuat karyawan merasa diperhatikan dan dianggap berharga oleh perusahaan, sehingga tumbuh engagement yang lebih tinggi terhadap perusahaan. Selain itu, akan tercipta karyawan yang lebih sehat, lebih termotivasi dan lebih bersemangat dalam pencapaian karirnya, serta loyal terhadap organisasi.

 

Jika kita bertanya kepada para pegawai, kira-kira hal/kondisi apa yang menjadi pelita sehingga mampu menggerakkan langkah untuk ke kantor dan berkinerja maksimal, tentu tidak akan jauh dari tema kesejahteraan pribadi. Employee well being menjadi muara akhir dari seluruh energy dan usaha yang dilakukan pegawai dalam memenuhi hajat hidupnya. Sehingga, jika organisasi hendak meningkatkan kualitas kinerja dari pegawai yang dimiliki, maka tidak salah jika mengambil strategi dengan cara meningkatkan terlebih dahulu well being dari para pegawainya.

 

 

 

Ditulis Oleh: Ridlowi, S.Sos, M.A

SUMBER : http://kanreg1bkn.id/bknone/artikel-28-employee-well-being-sebagai-karir-puncak-bagi-seorang-pegawai.html